Subscribe RSS


Bagi kalian anak biologi yang senang dan memerlukan informasi seputar dunia tumbuh - tumbuhan, mungkin bisa coba untuk mengunjungi situs ini, situs ini berisi banyak informasi seputar dunia tumbuh - tumbuhan, yang cukup lengkap dan secara lengkap juga menampilkan informasi tentang tingkatan takson dari tumbuh - tumbuhan yang kita cari.
Disini kita bisa mencari nama tumbuhan yang kita perlukan dengan adanya pasilitas search enggine yang tersedia, dan apabila kita ingin mencari nama tumbuhan secara acak kita dapat dengan mudah mencarinya karena di situs ini tumbuh - tumbuhan telah dikelompok - kelompokan kedalam kategori -kategori spesifik, contohnya: tanamam obat, tanaman pangan dan lain sebagainya, dan tentu saja lengkap dengan nama ilmiah, tingkatan taksonn, gambar tanamanya dan beberapa informasi yang tak kalah pentingnya. Situs ini juga menyajikan katalog tentang buku - buku, produk herbal,majalah dan lain sebagainya.
kita juga dapat memilih bahasa yang kita gunakan karena disitus ini ada dua pilihan bahasa yaitu Indonesaia dan Inggris, jadi kalau kamu memerlukan informasi dalam bahas inggris tinggal ubah bahsa aja, heheheheeee..........! gampang kan
semoga nformasi in dapat berguna bagi kalian semua
alamat situsnya : www.plantamor.com


JAKARTA, SABTU- Satwa unik yang dikenal para ahli serangga Indonesia sebagai belalang ranting dari hutan Pulau Kalimantan, diidentifikasi para peneliti pada Museum Sejarah Alam, London, Inggris, sebagai serangga terpanjang di dunia.

Spesies Phobaeticus chani betina itu memiliki panjang 56,7 sentimeter atau lebih panjang 1 cm dari spesies sebelumnya yang ditemukan di Malaysia dan Indonesia, Phobaeticus serratipes.

Secara fisik, serangga ranting menyerupai pensil dengan empat lengan dan dua antena. Untuk bertahan hidup dari predator alami di hutan-hutan tropis, serangga itu menyamar di antara ranting-ranting dan seresah dedaunan.

Selain berbentuk unik, serangga ranting diketahui dapat berubah warna menyesuaikan media yang dihinggapinya. Diungkapkan pihak Museum Sejarah Alam, dua spesimen Phobaeticus chani yang lain dikoleksi di Malaysia.

Kepastian status terpanjang di dunia itu, seperti dilaporkan Kantor Berita Associated Press (AP), ditegaskan beberapa ahli serangga (entomolog) dari Inggris, Italia, dan Amerika Serikat (AS), yang secara resmi dimuat dalam jurnal Zootaxa yang terbit bulan ini. Penambahan nama chani di belakang Phobaeticus untuk menghormati Chan Chew Lun.

”Kami punya banyak belalang ranting, tetapi dari genus lain,” kata peneliti serangga pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rosichon Ubaidillah ketika dihubungi di Cibinong, Jawa Barat, Jumat (17/10). Spesimen belalang ranting dari genus Cyphocrania sepanjang 30 cm tersimpan di Museum Biologi LIPI.

Menurut Rosichon, masih banyak jenis belalang ranting koleksi LIPI, tetapi belum diidentifikasi secara detail. Di dunia, setidaknya 3.000 spesies belalang ranting yang telah diidentifikasi. (GSA)

Sumber : kompas.com

Category: | 0 Comments


JAKARTA, SABTU - Tidak hanya hidup di lumpur hangat yang ada di dasar laut, jenis cacing yang baru ditemukan ini juga memiliki "rambut api." Tubuhnya tak hanya silinder memanjang umumnya cacing, melainkan di salah satu ujungnya terdapat banyak serabut berwarna merah yang bergerak bebas.

Karenanya pantas kalau cacing temuan Ana Hilario dari Universitas Averio Portugal itu akan dinamai Medusa, untuk mengingatkan pada makhluk berambut ular dalam mitologi Yunani. Hilario menemukannya di endapan lumpur vulkanik di Teluk Cadiz, Spanyol yang berada di bagian barat daya Samudera Atlantik.

Lumpur vulkanik yang muncul dari rekahan di dasar laut mengandung methan sehingga menyediakan sumber energi yang melimpah untuk membentuk komunitas kehidupan yang beragam. Dari kawasan tersebut, Hilario dan timnya menemukan 20 cacing namun hanya satu yang paling unik.

Cacing yang berukuran kecil tersebut diidentifikasi dalam kelompok yang disebut frenulate. Para ilmuwan belum banyak tahu mengenai cacing jenis ini. Salah satu rahasia alam yang telah diketahui bahwa di dalam tubuhnya terdapat organ khusus yang mengandung bakteri.

Bakteri tersebut membantu menghasilkan senyawa organik yang dibutuhkan cacing tersebut. Tubuh cacing menyerap zat kimia seperti methan melalui permukaan tubuhnya dan meneruskannya ke organ beriis bakteri untuk diolah.



Sumber : National Geographic News

Category: | 0 Comments


Kodok merupakan hewan yang sangat terikat pada habitatnya. Kodok juga sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Kepekaan ini dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya perubahan lingkungan di sekitarnya. Dampak perubahan lingkungan terlihat pada turunnya populasi yang disertai turunnya keanekaragaman jenis kodok.

Tahun kodok

Tahun 2008 disepakati sebagai Tahun Kodok (Year of Frogs). Penetapan ini berawal dari kekhawatiran banyak ahli kodok di dunia terhadap rentannya eksistensi kodok akibat isu pemanasan global dan besarnya ancaman dari dampak lingkungan. Tujuan penetapan Tahun Kodok untuk mengangkat pamor kodok di dunia.

Bahaya yang dihadapi

Masalah utama yang mengancam populasi dan keanekaragaman jenis kodok di Indonesia adalah hilangnya habitat alami kodok, seperti penggundulan hutan hujan tropis, pencemaran air sungai (berupa limbah rumah tangga dan logam berat), dan konversi lahan basah menjadi areal perkebunan. Pemanfaatan yang berlebihan serta serangan penyakit jamur dan virus juga menjadi menjadi ancaman yang dihadapi kodok.

Jenis kodok endemik Jawa berstatus Kritis (CR):

- Kodok Merah (Leptophryne cruentata)
Hanya terdapat di hutan tropis dataran tinggi Jawa Barat.
- Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni)
Hanya terdapat di hutan tropis Jawa Tengah.

Jenis endemik yang berstatus Rentan (VU):

- Kongkang Jeram (Huia masonii)
- Kodok Pohon Mutiara (Nyctixalus margaritifer)
- Kodok Pohon Kaki Putik (Philautus pallidipes)
- Kodok Pohon Jawa (Rhacophorus javanus)

Kerusakan hutan hujan tropis paling besar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa. Kerusakan di Pulau Jawa berdampak nyata pada status jenis-jenis kodok yang terdapat di dalamnya, terutama jenis-jenis yang endemik (tidak terdapat di pulau lain).

Sekilas kodok

Kodok jantan datang ke kolam dan menggunakan teknik unik mereka untuk menarik perhatian kodok betina. Dengan teknik "amplexus", kodok jantan akan memeluk pinggang kodok betina.

Klasifikasi katak dan kodok:
• Kerajaan : Animalia
• Filum : Chordata
• Kelas : Amfibia
• Bangsa : Anura

Polusi dan Reproduksi

Jenis-jenis yang tidak tahan terhadap polusi umumnya akan mati pada tingkat metamorfosis dari telur menjadi berudu, sedangkan jenis-jenis yang tahan umumnya akan mengalami pertumbuhan tidak normal atau cacat pada tangan atau kaki yang sangat berperan pada proses kawin kodok. Bila bentuknya tidak normal atau tidak tumbuh, hal itu berpengaruh pada berlanjutnya keturunan jenis kodok itu. Akibatnya, jenis yang tahan terhadap polusi air berangsur-angsur juga punah.

Status IUCN

Punah (Extinct)-EX 34 jenis
Punah di alam (Extinct in the Wild)-EW 1 jenis
Kritis (Critically Endangered)-CR 455 jenis
Genting (Endangered)-EN 768 jenis
Rentan (Vulnerable)-VU 670 jenis
Terancam (Near Threaten)-NT 369 jenis
Perlu Perhatian (least Concern)-LC 2.236 jenis
Data Tidak Cukup (Data Deficient)-DD 1.382 jenis


Kodok dalam Angka

- Dari 6.000 jenis kodok di dunia, 5.915 telah ditelaah statusnya oleh International Union for Conservation and Natural (IUCN) Resources.
- 1.893 berada dalam status terancam dan menuju kepunahan.
- Kodok di Indonesia diketahui 351 jenis yang telah terdeskripsi dengan benar.
- Lebih dari 100 jenis lainnya belum dideskripsikan.

Hidup katak dalam tiap tahap pertumbuhannya rentan akan bahaya. Misalnya katak pohon dalam semalam mampu bertelur sampai 500 butir. Dari 20 telur hanya 1 yang akan menjadi katak, dari 10 katak hanya 1 yang hidup lebih dari setahun.

Kodok berdarah dingin, suhu tubuh berubah sesuai suhu udara. Kulit katak mampu beradaptasi untuk menghindari kekeringan. Katak dapat menyerap air dan embun melalui kulitnya.

Amfibi adalah karnivora, sedangkan kebanyakan berudu adalah herbivora.

Predator kodok dan katak, antara lain, ular, burung, dan rakun.

Mekanisme pertahanan beberapa jenis katak dan kodok

Limnonectes mempunyai geligi seperti taring sebagai alat pertahanan diri. Kulit beracun pada jenis Bufonidae dan Ranidae. Biasanya jenis ini baunya menyengat, berwarna terang. Kulit yang sangat lengket pada jenis suku Microhylidae. Beberapa katak menggembungkan tubuhnya.

Perbedaan katak dan kodok

Katak memiliki:
• Kulit yang halus dan berlendir
• Kaki yang panjang dan kuat
• Kaki belakang yang berselaput
• Dua mata yang menonjol
• Bertelur dalam klaster

Kodok memiliki
• Kulit yang kering dan berbintil
• Badan yang buntek dengan kaki belakang pendek
• Kelenjar paratoid di belakang mata
• Bertelur dalam rantai yang panjang

Pemanfaatan kodok

Fenomena pemanfaatan kodok yang berlangsung sampai saat ini adalah pemanfaatan yang tidak berkelanjutan tanpa memedulikan bentuk pelestarian. Bentuk pemanfaatan yang berpotensi menurunkan populasi kodok adalah konsumsi daging paha kodok. Indonesia adalah negara pengekspor daging paha kodok. Negara tujuan ekspor kodok, antara lain, Belanda, Perancis, Belgia, Portugal, Hongkong, dan Korea.

Jenis-jenis yang diekspor adalah kodok penghuni sawah (Fejervarya spp) dan kodok penghuni perairan berarus deras (Limnonectes spp) yang umumnya berukuran besar (kelompok macrodon). Keunggulan kodok jenis ini adalah kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan persawahan dan irigasinya. Kemampuan ini membuat ancaman terhadap status populasi di alam akibat pemanfaatan oleh manusia berkurang, didukung pula dengan bertambahnya habitat persawahan di Sumatera.

Beberapa jenis kodok berukuran besar dimanfaatkan kulitnya sebagai komoditas ekspor bahan baku sarung tangan. Kelompok kodok tersebut adalah dari jenis kodok berkulit kasar (Bufo spp), sedangkan dagingnya tidak dapat dikonsumsi karena mengandung racun.

Sumber: kompas.com

Category: | 0 Comments


Memasuki musim hujan, serangan penyakit demam berdarah dengue patut diwaspadai. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk itu telah menelan banyak korban.

Namun, segala upaya untuk memutus mata rantai penularan penyakit itu masih kurang efektif.

Di tengah ketidakberdayaan melawan demam berdarah dengue di berbagai negara tropis di dunia, sekelompok peneliti Australia didanai miliarder Bill Gates mengklaim telah menghasilkan riset yang dapat membantu memerangi DBD dengan cara menghentikan jalur penularan penyakit itu.

Mereka berhasil menginfeksi nyamuk penyebar penyakit tropis itu dengan bakteri Wolbachia sehingga kemampuannya menularkan dengue ke manusia berkurang.

Caranya, dengan menginfeksi nyamuk pembawa penyakit itu dengan parasit yang memperpendek masa hidup nyamuk itu. Dalam paparan hasil penelitian pada jurnal Science dijelaskan, bakteri Wolbachia menyebar dengan baik melalui uji laboratorium pada nyamuk-nyamuk yang berkembang biak.

Dengue hanya dibawa nyamuk dewasa sehingga membunuh mereka bisa memutus mata rantai penularan DBD. Mereka telah menginfeksi 10.000 embrio nyamuk dengan bakteri itu. Tes itu untuk melihat sejauh mana bakteri itu bisa mengurangi masa hidup serangga tanpa membunuhnya atau mencegah perkembangbiakan mereka

Para peneliti dari Universitas Queensland di Brisbane, Australia, mengambil strain yang dikenal dengan nama Wolbachia untuk memperpendek masa hidup nyamuk vektor DBD. Nyamuk yang membawa virus dengue tak secara alami rentan terhadap bakteri sehingga peneliti membuat nyamuk beradaptasi agar infeksi itu berhasil.

Bakteri itu dapat menyebar dari nyamuk betina yang terinfeksi kepada keturunannya. Hal ini bisa memperpendek masa hidup nyamuk itu dan embrionya.

Penentuan apakah hal itu dapat menghilangkan nyamuk pembawa virus merupakan tantangan tersendiri. Virus itu menyerang manusia saat nyamuk membawa virus tersebut dalam darah. Selama ini pemberantasan nyamuk dilakukan dengan insektisida, tetapi hal ini bisa menimbulkan resistensi nyamuk terhadap paparan bahan kimia.

Potensi Wolbachia sebagai satu jalan pengendalian populasi nyamuk cukup menjanjikan. Studi terakhir menawarkan harapan—meskipun di bawah kondisi laboratorium—bahwa hal itu kemungkinan berjalan efektif. ”Kuncinya adalah hanya nyamuk berusia sangat tua yang dapat menularkan penyakit itu,” kata Prof Scott O’Neill, peneliti.

Ini berarti hanya nyamuk dewasa yang berbahaya bagi manusia dan dengan membunuh nyamuk-nyamuk itu akan mengurangi kemampuan mereka menginfeksi. Upaya ini dinilai jalan murah untuk mengatasi masalah itu, khususnya di daerah urban saat metode lain pengendalian penyakit itu sulit dilakukan. (BBC/EVY)



Sumber : Kompas Cetak

Category: | 0 Comments


DENGAN tinggi hingga 3 meter dan memancarkan bau busuk yang menyengat, bunga bangkai cukup menarik perhatian makhluk lain tertutama serangga yang akan membantu penyerbukannya. Namun, apa yang membuat bunga tertinggi di dunia itu melakukan taktik tersebut menjadi rahasia alam yang mengesankan.

"Kami penasaran mengapa sesekali bunga tersebut berbau busuk seperti keledai busuk dan di waktu lainnya lebih busuk," ujar Wilhelm Barthlott dari Universitas Bonn, Jerman. Ia yakin ada ritme produksi bau busuk yang dilepas bunga bangkai.

Untuk membuktikan dugaan siklus bau tersebut, Barthlott dan timnya merekam masa pertumbuhan bunga tersebut menggunakan kamera inframerah. Dengan merekam perubahan suhunya dari waktu ke waktu, mereka terkejut karena bagian phallus atau batang yang tegak di tengah memancarkan panas yang sangat tinggi.

Dalam investigasi tersebut, mereka telah merekam tiga kali pertumbuhan bunga bangkai. Seluruhnya mempewrlihatkan aliran panas dari batang ke ujung paling atas hingga 36 derajat Celcius dan mengepulkan uap.

"Kami melihat uap mengepul di sekitar kolom bunga di tengah. Kami pikir tumbuhan tersebut menyala," ujar Barthlott. Radiasi panas yang dikeluarkannya naik turun seiring perubahan baunya. Aliran panas dimanfaatkan untuk memompa bau busuk ke udara.

Panas dan bau busuk mungkin cara alami bunga bangkai meniru bangkai binatang untuk menarik perhatian kumbang dan lalat. Namun, siklus bau tentu memiliki fungsi alami yang lebih dari sekadar menarik perhatian.

Bunga bangkai yang biasa disebut titan arum atau dalam bahas ilmiah Amorpophallus titanum yang berarti 'penis raksasa yang bentuknya tak karuan' banyak tumbuh di ruang terbuka lantai hutan di Sumatera. Dengan habitat seperti itu, bunga bangkai kesulitan menyebarkan baunya terutama pada malam hari saat terbentuk lapisan udara dingin di dekat permukaan tanah.

Dengan tumbuh begitu tinggi dan memancarkan uap, bunga tersebut dapat mengatasi hambatan tersebut. Uap hangat akan naik ke atas dan dapat menyebar lebih luas dan lebih jauh.

"Ini menjelaskan mengapa bunga tersebut sangat besar. Ibaratnya sebuah obor di hutan belantara yang memancarkan bau ke atas," jelas Barthlott. Kebutuhan energi yang besar untuk tumbuh raksasa dan menghasilkan panas ini pula yang menjelaskan mengapa bunga bangkai hanya bertahan selama dua malam.


Sumber : NewScientist

Category: | 0 Comments


LONDON, KAMIS — Kalau ditanya hewan apa yang paling banyak hidup di lautan, tentu jawabnya adalah ikan. Menurut para ilmuwan ternyata ikan pula yang menentukan baik tidaknya kualitas air laut. Kotorannya ternyata mengendalikan siklus karbon di air laut sehingga tahan terhadap perubahan iklim.

Pemodelan komputer menunjukkan bahwa populasi ikan menghasilkan kotoran yang mengandung karbon anorganik kalsium karbonat dalam kadar tinggi yang bermanfaat untuk mengendalikan keasaman air laut. Selain mengendalikan keasaman, kalsium karbonat yang berwujud putih seperti kapur juga berguna untuk mendukung ekosistem laut dan pembentukan terumbu karang.

"Senyawa tersebut membantu pengendalian jumlah karbon dioksida yang diserap lautan dari atmosfer pada masa depan," ujar Villy Christensen dari University British Columbia yang melaporkan penelitiannya dalam jurnal Science teranyar seperti dilansir Reuters.

Selama ini, sumber kalsium karbonat hanya diketahui berasal dari organisme renik plankton. Namun, ternyata kotoran ikan menyumbang 3-15 persen kalsium karbonat di laut atau sekitar 110 juta ton per tahun. Itu pun baru populasi bony fish, sekelompok ikan yang tubuhnya bertulang keras saja. Bony fish mewakili 90 persen populasi ikan di samudera. Hiu dan pari tidak masuk dalam kelompok ini.

"Populasi bony fish yang diperkirakan antara 812 juta hingga 2 miliar ekor menekan dampak perubahan iklim melalui siklus karbonnya," ujar Christensen. Karena dampak perubahan iklim terus meningkat, peranan ikan akan semakain besar dalam mengendalikan siklus kimia lautan di masa depan.

Category: | 0 Comments

Hallo dunia

hari in aq kembali mencoba membuat tulisan - tulisan dalam sebuah blog, dengan harapan dapat bermanfaat bagi kalian semua

Category: | 0 Comments